Selasa, 03 Desember 2013

sintaksis



1.      Objek kajian sintaksis
Sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti mengatur bersama-sama. Manaf (2009:3) menjelaskan bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang membahas struktur internal kalimat. Struktur internal kalimat yang dibahas adalah frasa, klausa, dan kalimat.
Objek kajian sintaksis adalah Frase, Klausa, dan Kalimat.
-          Frase
adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 2003:222). Frasa adalah objek kajian sintaksis terkecil dan kalimat adalah objek kajian sintaksis terbesar.
Contoh :  tempe goreng
   sedang duduk
   cantik sekali
 baru datang
-          Klausa
adalah sebuah konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung unsur predikatif (Keraf, 1984:138). Klausa berpotensi menjadi kalimat. (Manaf, 2009:13) menjelaskan bahwa yang membedakan klausa dan kalimat adalah intonasi final di akhir satuan bahasa itu. Kalimat diakhiri dengan intonasi final, sedangkan klausa tidak diakhiri intonasi final. Intonasi final itu dapat berupa intonasi berita, tanya, perintah, dan kagum.
Contoh:  Dyah belajar
(Dyah pengisi fungsi subjek dan belajar pengisi fungsi predikat)
Iful mandi
(Iful pengisi fungsi subjek dan mandi pengisi fungsi predikat)
-          Kalimat
adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran (Widjono:146). Manaf (2009:11) lebih menjelaskan dengan membedakan kalimat menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Dalam bahasa lisan, kalimat adalah satuan bahasa yang mempunyai ciri sebagai berikut:
(1) satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan kata, gabungan kata dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa, yang minimal berupa sebuah klausa bebas yang minimal mengandung satu subjek dan prediket, baik unsur fungsi itu eksplisit maupun implisit;
(2) satuan bahasa itu didahului oleh suatu kesenyapan awal, diselingi atau tidak diselingi oleh kesenyapan antara dan diakhiri dengan kesenyapan akhir yang berupa intonasi final, yaitu intonasi berita, tanya, intonasi perintah, dan intonasi kagum. Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali oleh huruf kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda koma (,), titik dua (:), atau titik koma (;), dan diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!).
Contoh :  Mahasiswa membaca sumber pustaka.
               Adib bermain gitar di pendopo.

2.      Kedudukan sintaksis dalam linguistik bahasa Indonesia
Sintaksis memliliki kedudukan yang sangat penting dalam linguistik karena menurut Manaf (2009:3) menjelaskan bahwa sintaksis meruapakan cabang linguistik yang membahas struktur internal kalimat. Struktur internal kalimat yang dibahas adalah frasa, klausa, dan kalimat.
 
3.      Alat-alat atau unsur pembentuk satuan sintaktis dalam bahasa Indonesia
Alat-alat sintaksis atau unsur pembentuk satuan sintaksis adalah alat-alat untuk menghubungkan kata-kata menjadi kelompok dengan struktur tertentu. Sedangkan yang dimaksudkan dengan struktur adalah hubungan setara dan bertingkat dari kelompok tersebut.
-          Bentuk kata
Bentuk kata terdiri atas kata dasar dan kata turunan.
Contoh :
sarung adalah kata dasar kemudian kata turunannnya adalah bersarung.
Kata sarung dan bersarung  memiliki makna yang berbeda sehingga mengakibatkan perbedaan makna.
-          Intonasi
Intonasi adalah pola perubahan nada yang dihasilkan pembicara pada waktu mengucapkan ujaran atau bagian-bagiannya. (Kridalaksana dalam Baehaqie, 2008 : 10).
Contoh:
Bapak belum pulang?
-          Kata tugas
Kata tugas diposisikan dengan kata penuh, yaitu kata yang mempunyai makna leksikal penuh yang bebas. Misalnya rumah, angin, arang, malaikat, dsb. Yang berlainan penuh yang bebas, misalnya di, yang, para, dsb (Kridalaksana dalam Baehaqie, 2008 : 12).
Ciri kata tugas menurut Djoko Kentjono (dalam Chaer, 2007): Jumlahnya terbatas, Keanggotannya bersifat tertutup, Dapat dikuasai oleh pemakai bahasa dengan cara menghafal, Pada umumnya tidak dapat mengalami proses morfologis, Tidak memiliki makna leksikal, Dapat digunakan dalam wacana apapun.
-          Urutan
Dalam bahasa Indonesia, urutan yang berbeda menyebabkan satuan itu gramatik atau tidak, terasa nyaman didengar atau tidak, dan mudah dipahami atau tidak. Di samping itu, urutan kata juga berpotensi sebagai pembentuk variasi kalimat.
Contoh: Bian memandikan adik.
Adik memandikan Bian.
 
4.      Pelompatan, penurunan, dan pelapisan tata tingkat gramatikal
-          Pelompatan dan pelapisan adalah pengunaan suatu yang gramatikal sebagai kontifunsiel dalam tataran yang sama. Misalnya tataran kata dalam kata atau kata dalam kata
Contoh:  kata ada     : keadaan
 kata kota    : perkotaan
 dua pucuk  : dua pucuk surat
-          Penurunan tataran adalah penyisipan gramatikal sebagai konstituen yang rendah
          Contoh:  ikut serta : keikut sertaan
5.      Perbedaan antara frase dan kata majemuk serta klausa dengan kalimat
-           Perbedaan antara Frase dan Kata Majemuk
Frasa tidak memiliki makna baru, melainkan makna sintaktik atau makna gramatikal. Contoh, kaki Nasir yang maknanya secara sintaktik atau gramatikal sesuai dengan kata 'kaki' dan 'Nasir'. Kata majemuk sebagai komposisi memiliki makna baru atau memiliki satu makna tetapi maknanya masih dapat ditelusuri secara langsung dari kata-kata yang digabungkan. Contoh, kaki meja yang masih dapat ditelusuri dari makna 'kaki' dan 'meja'
-          Perbedaan Klausa dengan Kalimat
Klausa merupakan satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan berpotensi menjadi kalimat.
Contoh : (1) Ibu pernah mengatakan dan (2) kita harus pandai memilih teman.  dalam kalimat : Ibu pernah mengatakan bahwa kita harus pandai memilih teman.

1 komentar :

Ridhwan Zain mengatakan...

Bagus... Terimakasih sudah berbagi

Posting Komentar