Selasa, 28 Juli 2015

Jalan-jalan ke Gunung Andong


"Jangan pernah meremehkan hal remeh!"

Pelajaran ini sih yang aku dapat waktu 'jalan-jalan' ke Gunung Andong, Magelang. Kalau bisa disebut jalan-jalan sih. Pernah beberapa kali naik gunung, dan penasaran naik ke Andong. Biar dibilang kekinian dan dapet cap pendaki gemes. haha... Lumayan deket dari rumah.Tingginya juga cuma 1762 mdpl. "Ah kecil!" pikir aku waktu itu. Makanya aku langsung ajak temen-temen jalan-jalan ke Andong. Tanggal 15 Mei 2015 lalu akhirnya mengandonglah daku....

Rute menuju Andong dari Terminal Tidar Magelang → belok kanan  di lampu merah canguk ke arah Kopeng/ketep → Pasar Ngablak (gapura pasar Ngablak yang berwarna biru) → Belok Kiri di gapura yang pertama kearah Grabag (mangli), ada lapangan sepak bola → maju sekitar 2 KM akan ada pertigaan makam dusun kenteng (perhatikan Plang Arah Penunjuk jalan) → belok kiri dan ikuti jalan itu sampai bertemu plang selanjutnya → SD Girirejo 2 (belok kanan)  → Sampai lah  di Dusun SAWIT. start pendakian Gunung Andong.

Karena niatnya jalan-jalan, nggak ada persiapan khusus. Cuma bawa badan doang + minum. Kata-kata "Ah kecil!" berubah menjadi "Sumpah, aku udah nggak kuattttttttt!"

Trek menuju puncak Andong enggak ekstrem sih, aman dan savety banget. Tapi, entah karena kemiringannya yang nggak begitu landai atau karena dari awal jalanan langsung mendaki aku bener-bener drop. Badan keringet dingin, mual sampai akhirnya muntah. Beruntung temen-temen pada baik banget, akhirnya walaupun pendakian tersendat-sendat karena saya yang kurang fit, kami berhasil sampai puncak!

Waktu kami mendaki sekitar pukul 09.00, sampai puncak pukul 11.30. Kayaknya cuma aku yang ndaki Andong sebegini lama :(
Dan siang bolong begitu, kabut menutupi pandangan kami. Nggak kelihatan apa-apa :(
Aku sama temen-temen nekat ngelawatin jembatan setan atau geger sapi yang menghubungkan puncak Andong dengan puncak yang satunya. Merinding awalnya, tapi lama-lama nagih. Serius :D
Sambil duduk-duduk dan mengobrol akhirnya kabut mulai turun, pemandangan indah terhampar. Tapi beberapa waktu kemudian kabut naik lagi. Akhinya kami memutuskan untuk turun.

Karena Andong yang sedang hits, aku dan temen-temen sengaja nggak nge-camp. Yakin banget bakal kayak pasar. Apalagi malem minggu. Eh, tapi buat kalian yang mau ngecamp di puncak ada camp ground nggak gede-gede amat sih tapi cukup lah buat 15 tenda. *eh iya nggak ya*
Satu hal yang perlu diingat: DI ATAS ADA WARUNG jadi yang nggak mau repot masak di atas nggak perlu khawatir :D

Sekian deh, bai!

Just take a photo, cekidout....

Belakangnya kabut putih, sedih :(

Yatta! Berhasil ngelewatin jembatan setan yang lebarnya nggak ada 1 meter

View pemukiman dari ketinggian

again!
Nb: Kalau mau tahu Andong dengan kondisi yang lagi ramah, pemandangan spekta. Search aja di google gunung andong. Bakalan ada banyak foto-foto keren para pendaki di sana. Apalagi sunrisenya! Supacool! Sana-sana stalking... Salam lestari

Kamis, 09 April 2015

Curug Grenjengan Kembar - air terjun berpantai


Ketika itu saya mendapat bbm dari seorang teman, yang intinya: ada nggak tulisan kamu tentang Magelang? Well, saya nggak bisa jawab. Malu banget, orang Magelang tapi nggak pernah nulis apa pun tentang kota sendiri, malah nge-post tempat-tempat trip di luar kota. Malu, sungguh!
Nah untuk menebus kemaluan saya, eh oke maksud saya, untuk menebus rasa malu saya maka saya memutuskan untuk pergi ke tempat keren di Magelang kemudian akan saya post di blog ini. Dan terpilihlah CURUG GRENJENGAN KEMBAR di Pakis, Kab.Magelang. Here we gooooo....

Curug Grenjengan Kembar, Pakis, Kab.Magelang
Awalnya saya cari-cari informasi di internet, masih sedikit informasinya. Mungkin karena belum banyak dikenal orang. Akhirnya saya tanya teman saya, dia menjelaskan detail lokasinya. Teman saya yang lain menceritakan keindahannya, bahkan dia bilang jika beruntung kita bisa melihat pelangi melengkung di atas air terjun. Oh Men.... Pelangi Men! Di atas air terjun pula. Mau liat bangeeet!

So, saya berdua doang sama kakak perempuan saya naik motor tanpa pernah ke tempat itu sebelumnya. Modal nekat doang tapi akhirnya kita sampai. Eh by the way, untuk menuju ke tempat ini saya kasih rutenya ya. Dari arah Magelang kita ke pertigaan canguk. Kalau dari arah Semarang belok kiri setelah tiba di pertigaan, jika dari arah Jogja belok kanan. Terus ikutin jalan aja menuju arah Kopeng atau Salatiga. Lurus aja terus sampai ketemu pasar Pakis. Nah masih lurus nih sampai ada pertigaan, atau jalan bercabang. Ambilah jalan ke kiri. Arah SMP apa gitu saya lupa, tapi ada plang bertuliskan Grenjengan Kembar. Jadi buat yang belum tahu lebih baik pelan-pelan agar nggak keblabasan.

Nah setelah belok ke kiri, ikuti jalan masuk ke perkampungan. Terus belok kanan, langsung belok kiri kemudian lurus. Hati-hati jalannya masih rusak. Nah lucunya, pas saya tanya jalan sama adek-adek SD yang pulang sekolah eh dia bilang "Mau ke pantai ya, Mbak? Lurus aja."
Saya bingung banget, Pantai? Magelang punya pantai? saya iya-in aja, penasaran. Ngikutin instruksi dari dedek gemes tadi, kami tiba di air terjun Grenjengan Kembar. Kami Parkir bayar 2rb, terus masuk air terjun nggak bayar. Horay Gratis!

Dari pintu masuk ke tempat air terjun jaraknya pendek sekali, ditempuh jalan kaki 5 menit. Nggak nanjak kayak air terjun lain. Duh bahagiak! Now, mari kita intip seperti apakah Grenjengan Kembar yang masih sepi pengunjung ini. Let's Go :D

Curug pertama
curug kedua
ini keduanya dalam satu frame, magelang indah ya :')
Well, soal pantai yang diceploskan oleh anak kecil berseragam merah putih itu ternyata adalah genangan air terjun di bagian pinggir. Lucu sekali. Memang mirip ombak di pantai dalam ukuran kecil sih.
pantai mini
Jadi begitulah sedulur Magelang, Curug Grenjengan Kembar ini bagus banget. Masih asri dan alami. Sepi pula kalau buat foto bagus, banyak batu-batu warna warni di dasar air terjunnya. Oh iya banyak pohon pinus juga loh untuk menuju air terjun ini. Hanya saja soal pelangi, saya belum beruntung. Satu hal, Sedulur, Magelang itu indah, nggak usahlah melancong jauh-jauh kalau di kota sendiri bisa nemuin surga seindah ini. Ayo ke Magelang!
Baiklah, kini tiba saatnya saya pamer foto. Sampai jumpa di jalan-jalan saya selanjutnya. This is it :)

Nyusun batu merah di bawah air terjun, kurang romantis apa aku coba? #tolak vandalisme
Hutan pinus menuju air terjun
ehem!

sok sok nadine candrawinata gitu, tapi gagal haha

Sabtu, 07 Maret 2015

Keluarga tanpa KK - Sheilagank Magelang

Mau sedikit bercerita.... tentang keluarga yang nama-namanya tak tercantum dalam KK. Sheilagank Magelang.

Well, Dimulai dari perkenalan dulu ya. Apa sih Sheilagank Magelang itu?
Adalah sebuah komunitas di Magelang, Jawa Tengah yang berasaskan keluarga dan bersatu karena pada mulanya sama-sama mengagumi band legend bernama Sheila on7. Kenapa saya bilang pada mulanya? Yip, karena kecintaan pada Sheila on7 lah yang mempertemukan kami dan mengikat kami, untuk selanjutnya? Ada atau nggak ada Sheila on7 kami tetep ada.

Paham? Tidak? Baiklah, saya jelaskan lebih detail lagi. Yang saya maksud ada atau nggak ada Sheila on7 kami tetap ada adalah walaupun tidak ada mas-mas Sheila on7 lagi manggung, kami tetap kumpul bareng. Sekedar berbagi cerita atau buat acara-acara sendiri. Travelling bareng, karaoke bareng, makan bareng, buka puasa bareng, bagiin ta'jil ke orang jalanan. Banyaaaaaakkkkkkk! Dan yang pasti membahagiakan.

Pertama kali saya gabung di Sheilagank Magelang itu tahun 2009! Udah lama yaa. Ceritanya panjang... Pertama kali udah kenal sama pendirinya Sheilagank Magelang, mas sefri dari SMP. Tapi belum ikut gabung soalnya masih imut belum berani. haha...
Lalu?
Terus pas kelas 1 SMA saya nemu selebaran bertuliskan ajakan bergabung di Sheilagank Magelang. Saya orang yang memungut salah satu selebaran dari sekian selebaran yang terbang dibawa angin, dijadiin bungkus gorengan, atau keinjek sepatu-sepatu berlumpur.. (oke saya alay)
Berhubung saya ngefans banget sama Sheila on7 saya mencoba menghubungi nomor yang tertera di selebaran itu. Yang kemudian saya tahu bahwa itu nomornya COI.

Saya sms ke nomor itu:

+ Halo Mas coi, saya Tiara. Saya mau gabung dong jadi sheilagank magelang

- Jangan panggil Mas, coi aja

begitulah kira-kira. Akhirnya saya dan teman saya Aviv yang suka Sheila on7 juga ketemuan sama COI dan Mas Sefri di Mesnya Mas Sefri. Di sana ketemu sama Mbak Nia juga. Mereka bertiga orang di Sheilagank Magelang yang pertama kali saya temui, cailah.
Terus kumpul pertama di Alun-alun Magelang, nungguin COI lama amet. Saya nunggu di bawah pohon sendirian. Di depan saya ada mas-mas aneh duduk di atas motor. Saya jadi takut  terus saya mundur-mundur gitu. Eh abis itu COI dateng nyapa saya, terus nyapa mas-mas di motor tadi. OMO! ternyata dia Sheilagank juga, namanya mas Ariv. Yang nantinya bakalan jadi mas-mas baik hati yang selalu nebengin saya kalo konser-konser ke luar kota :D

Bermula dari Sheilagank Magelang inilah saya bisa ketemu sama band idola saya sejak lama: Sheila on7. Karena Sheilagank Magelang saya berani ke luar kota demi nonton konser tanpa orang tua. Karena Sheilagank Magelang saya tau gimana rasanya gembel tidur di masjid karena nggak ada tumpangan tidur. Karena Sheilagank Magelang saya kenal sama Sheilagank-sheilagank kota lain. Karena Sheilagank Magelang saya kenal Sheilagank Semarang. Terus dapet pacar anak Sheilagank Semarang. Empat tahun lalu sampai sekarang. Uwuwuwuwuu curhat kan eke jadinya :").
Karena Sheilagank Magelang saya menemukan keluarga baru. Keluarga yang nama-namanya tidak tercantum di kartu keluarga tapi sesungguhnya mereka ada. Selalu ada.

Finally, tiba di hari ini... sudah bertahun-tahun berlalu keluarga ini masih tetap ada. Dan tepat hari ini Sheilagank Magelang tersayang saya merayakan hari jadinya.
Selamat lanjut usia Sheilagank Magelang.. Semoga tetap menjadi tempat berteduh. Mari berlayar bersama-sama...

Nb: Buat yang pengen gabung sama kita, sila hubungi Ibu Ketu kami yang syuper cantik (AYU) 08562718190 / 7D198E21

Selasa, 03 Maret 2015

Pantai Drini - surga milik pribadi

 
Udah tahu dong ya soal keindahan pantai di Gunung Kidul, Wonosari?
Jadi, bulan februari lalu saya jalan-jalan ke sana nih. Karena tahu bahwa di sana pantainya banyak banget.... maka saya searching dulu di internet. Dan dari sekian banyak pantai terpilihlah Pantai Drini. Kenapa? karena foto-fotonya bagus-bagus banget, beberapa pantai di sana saya udah pernah singgahi. Tapi DRINI saya baru denger namanya. Dan tanggal 7 Februari berangkatlah saya dengan nekat ke sana, karena nggak tahu tempatnya. hahaha
 
Yakin mau di rumah aja? Hei Indonesia itu indah!
 
Saya kasih rutenya yah...
Dari arah semarang, flyover jombor - belok kiri (arah solo) - lurus sampai mentok - belok kanan (arah janti) - perempatan janti besar belok kiri - ada plang wonosari ikutin aja nanti banyak plang menuju pantai - ikutin plang pantai Baron - pos retribusi Baron - ikutin plang pantai Drini.
 
Well, saya sampai di sana pas panas-panasnya. Buat yang ke sana jangan lupa pakai kacamata gelap kalau nggak mau silau. Terus jangan lupa pakai sun block kalau nggak mau belang kaya saya. SPF minimal 50 lah ya. Hemm... saya mulai cerita ya, begitu saya tiba di sana saya langsung melotot tot tot tot. Gilak men! Indonesia keren banget!  Pasirnya putih. Lautnya biru muda. Langitnya biru tua. Udah gitu sepi, berasa pantai milik pribadi.
 
Surga milik pribadi
Konon, Pantai Drini ini adalah pantai yang memiliki kepribadian ganda. Di satu sisi pantai halus dan ramah sedangkan sisi satunya lagi ganas. Tapi, karena saya ke sana nggak sendirian saya nggak bisa membuktikan dan menjelajah seisi pantai ini. maybe next time yaa friends....

The amazing indonesia
oiya, banyak banget kapal-kapal nelayan di sini. Udah gitu kapal nelayan yang pulang dari laut bakalan sering jadi pemandangan kita. Harus hati-hati juga biar nggak ketabrak. Soalnya kenceng banget. Maybe, ini ya yang bikin pantai ini nggak seramai pantai lain di sekitar wonosari.

the ship
ada yang tulisannya "tiara" loh, tapi malu mau foto haha
Gais, walaupun pengunjungnya nggak seramai pantai lain tapi pantai ini juga berfasilitas lengkap loh. Ada penyewaan kamar mandi [bayar 3rb], ada orang jualan ikan, jualan makanan, banyak deh jadi jangan takut yaa....
Nah untuk ke pantai ini, kamu kamu hanya perlu membayar 10rb di pos retribusi awal untuk ke semua pantai. Murah kan.. dan di setiap pantai hanya ditarik biaya parkir 2rb. begituuu...

Pantai sepi begini bagus loh buat foto prewedding, nih saya pamer foto saya hahaha

abg alay nih
ala-ala prewedding gituh
viewnya keren binggow
lucu nih buat mesra-mesra begini, kalo ini mah bawa karung beras
main terbang-terbangan juga boleh
banyak kapal
foto kaki biar kaya orang pacaran lain
well, selamat menikmati surga pribadi di pantai Drini
Sampai jumpa di jalan-jalan tiara selanjutnya..
Keluar rumah lah, Indonesia itu indah. Salam

Jumat, 20 Februari 2015

cerpen: Bianglala Luka - tentang cinta yang melukai dan dilukai


BIANGLALA LUKA 
Tiara K Dhaneswari




Engkau bisa menentukan ingin berkomitmen dengan siapa tapi tidak bisa menentukan cintamu untuk siapa. Begitu kata-kata yang sering kudengar. Entah dari mana sumbernya tapi aku mengamininya. Aku bisa menentukan ingin berkomitmen dengan siapa tapi tidak bisa menentukan cintaku untuk siapa.


♥♥♥

Tujuh hari. Hanya perlu waktu tujuh hari ia membawa lari hatiku ke dalam jiwanya. Hanya butuh satu minggu aku merobek selendang kasih yang kupintal enam tahun lamanya. Hanya satu kali putaran hari aku tega mekhianati kekasihku. Demi orang baru yang kusebut cinta.
Aku tak tahu setan apa yang merasukiku hingga aku mampu berpaling dari dia yang mencintaiku. Dia yang menjaga kepercayaanku, dia yang kukhianati kepercayaannya. Dia yang menjanjikan kebahagianku, dia pula yang kuhancurkan kebahagiannya. Dia yang kulukai. Bertubi-tubi.
Kalian pasti mengutuki sikapku ini. Mengapa aku begitu tega? Mengapa aku begitu bodoh? Aku pun mengutuki diriku sendiri saudara-saudara. Tapi hati bukanlah organ tubuh yang bisa kukendalikan seperti halnya tangan dan kaki. Ia bergerak sendiri. Ia  memiliki caranya sendiri.
Semuanya bermula secara tiba-tiba. Berkenalan secara tidak sengaja. Bertukar cerita, bercanda hingga makan bersama. Sampai suatu hari jatuh cinta tanpa terasa.
“Aku udah punya pacar,” ucapku suatu hari saat ia mengungkapkan perasaannya.
Ia terdiam. Kulihat kekecewaan di matanya. Mendadak hatiku nyeri.
“Tapi dia jauh,” lanjutku tanpa sadar.
“Maksudmu?”
“Iya, dia berada di luar kota. Dia tak mungkin tahu kan?”
Gilang tersenyum. Aku bisa melihat kebahagiaan di wajahnya. Darahku menghangat. Aku pun bahagia. Aku lupa ada satu hati yang kubiarkan tercabik jauh di sana.
“Jadi kita?” tanyanya memastikan.
Aku mengangguk. Sesederhana itu merajut cinta. Sesederhana itu mengukir luka.

♥♥♥

“Malam ini kamu banyak ngelamun, kenapa sayang?”
“Eh? Kenapa?”
“Tu kan kamu nggak fokus. Kamu banyak ngelamun. Kenapa? Lagi ada masalah? Sini cerita, siapa tahu aku bisa bantu. Yah paling enggak aku bisa jadi pendengar yang baik.”
Anjar memegang tanganku. Ada keteduhan di matanya. Aku menggeleng lemah. Melepas tanganku dari genggamannya. Tatapannya membuatku merasa bersalah.
“Aku nggak apa-apa.”
“Yakin?”
Aku mengangguk sambil tersenyum. Semoga senyumku tak tampak dibuat-buat.
“Yaudah dong kalau nggak ada apa-apa jangan ngelamun. Tega banget pacarmu jauh-jauh datang dari luar kota ditinggal ngelamun. Nggak kangen?”
“Kangen.”
Pandanganku berkeliling menatap meja-meja kafe yang ramai oleh muda-mudi memadu kasih seperti kami. Kuhindari tatapan mata Anjar. Aku takut ia membaca kebohongan di mataku.
“Kangennya kok kepaksa gitu sih. Hahaha”
Anjar tertawa lepas sekali. Kutatap wajahnya yang dihiasi kebahagiaan.
“Maya, aku punya sesuatu buat kamu.”
Anjar mengeluarkan kotak berisi kalung berbandul hati. Cantik sekali. Ia pakaikan kalung itu di leherku. Tiba-tiba saja pipiku menghangat karena air mata.
“Ini hadiah kecil sebagai rasa terimakasihku karena kamu udah menjaga hubungan kita selama enam tahun ini. Emang nggak mahal sih tapi untuk bisa beli kalung ini aku nabung berbulan-bulan. Kamu bisa pakai kalung ini sampai saatnya nanti aku kasih kamu cincin di depan orang tua kita. Semoga kamu suka.”
Anjar memelukku. Air mataku menetes di lengannya. Ada haru bercampur sesal yang mendalam.

♥♥♥

Untuk menjaga perasaannya aku harus melukaimu. Untuk melindungi hatimu aku harus menyakitinya. Bagaimana bisa aku hidup bagai sembilu? Berdiri di atas kayu di tengah-tengah batu. Kau dan dia berdiri masing-masing di sisi kanan dan kiri kayu yang menggantung dengan jurang di bawahnya. Aku di tengah-tengah menjaga keseimbangan. Berusaha menyeimbangkan. Tapi aku tahu ini tidak akan lama. Salah satu dari kalian akan jatuh bahkan mungkin keduanya. Atau barangkali aku yang jatuh terhempas angin. Terjun ke jurang penyesalan.
“Bahagia?”
“Gilang, please...,” mohonku. Aku selalu enggan jika Gilang membahas sesuatu tentangku atau Anjar. Membuatku merasa menjadi makhluk paling berdosa.
“Bahagia lah ya, pacar jauh-jauh datang dari luar kota. Setelah pacar pulang ketemuan sama pacar yang lain. Haha.”
Gilang tertawa. Aku menatapnya dingin. Aku benci candanya yang serupa sindiran.
“Kalau kamu mau pergi silakan, Gilang. Aku nggak pernah maksa kamu buat tetap di sini. Kamu sendiri yang menawarkan diri untuk jadi yang kedua.”
“Kamu tahu, kamu adalah selamat tinggal yang tertunda. Kita bersalah dengan cara yang manis. Aku tahu akhir cerita ini hanya nggak mau tahu.”
“Gilang...,”
“Ini hanya masalah waktu, Maya. Kamu yang pergi meninggalkanku atau aku yang menyerah lebih dulu. Selagi masih ada waktu, bahagialah.”
Gilang menggenggam tanganku erat. Erat sekali. Seolah-olah takut ada tangan lain yang merenggangkan genggaman kami. Aku membalas genggamannya. Tidak kalah erat.
Well, jam sebelas. Ini masih malam minggu kan?” tanyanya.
Aku mengangguk sambil tersenyum. Bagi Gilang malam minggu lebih menyeramkan dari pada malam jumat. Malam minggu adalah waktu bagi Anjar untuk datang yang berarti waktu bagi Gilang untuk menahan luka. Bagiku, malam minggu adalah waktu saat aku mati-matian menyeimbangkan diri di tengah kayu di atas batu yang sisi kanan kirinya menggantung ke jurang.

♥♥♥

Gincu merah muda telah menempel manis di bibirku. Baru pukul tujuh malam. Sepuluh menit lagi Gilang datang. Malam ini Gilang mengajakku menonton film The Maze Runner. Film adaptasi novel dengan judul yang sama yang telah kubaca berulangkali.
Bip Bip. Bunyi Bbm masuk. Dari Gilang.

Udah siap, manis?
Aku berangkat ke kos kamu ya :)

Udah siap :)
Hati-hati ya. Can’t wait to see you.

Me too.
Dandan yang cantik :*

“Maya, ada yang nyariin tuh di depan,” teriak Ine teman kosku.
“Iya, makasih Ne,” balasku ikut berteriak. Kupatutkan diriku di cermin sekali lagi memastikan tidak ada yang kurang.
Pintu kubuka dengan penuh semangat. Tidak sabar melihat wajah Gilang. Entahlah, setiap hari kami bertemu tetap saja rindu membiru.
Surprise!
Buket mawar merah terpampang di wajahku. Berdiri di baliknya lelaki pendek dan bertubuh gempal dengan senyum sumringah.
“Anjar?”
Mukaku pucat. Keringat dingin menjalari tubuhku.
“Hei kok kaget gitu sih? Haha. Surprise-ku berhasil dong ya?” ucapnya sambil mengedipkan sebelah mata. Kuraih buket mawar di tangannya masih dengan wajah pucat.
“Kok kamu bisa...,”
“Iya, aku ambil cuti dua hari ini. Kangen banget sama kamu sih.”
Lama aku terdiam sampai Anjar memegang tanganku.
“Hei kok bengong? Nggak seneng aku ada di sini?”
“Eh, enggak, bukan gitu. Cuma kaget aja. Nggak nyangka. Yuk duduk,”
Kuajak ia duduk di sofa depan kos. Pandanganku berkeliling mencari sosok yang kini tak kuharapkan kehadirannya.
“Kamu kok udah dandan cantik gini, mau kemana?”
“Hah? Enggak mau kemana-mana sih, cuma lagi pengen dandan aja. Bener kan ternyata ada tamu penting yang datang. Hehe.”
“Haha, bisa aja kamu. Aku haus, sayang, buatin minum dong. Dingin ya.”
Aku masuk ke dalam membuatkan segelas lemon tea dingin kesukaannya. Sebelum keluar aku membersihkan chat bbm dengan Gilang. Menyembunyikan segala hal yang menunjukan hubunganku dengannya.
“Ini sayang, diminum dulu.”
Anjar menerima gelas berisi lemon tea dingin kemudian langsung meminumnya sampai tandas.
“Enak banget. Nggak ada minuman lain seenak lemon tea bikinan kamu,” pujinya. Aku tersenyum juga mendengarnya. Kami berbagi cerita dan bercanda hingga lupa ada hati terluka yang menunggu di ujung jalan.
“Oh iya sampai lupa, tadi pas kamu bikin minum ada yang nyariin.”
“Hah? Siapa?”
“Nggak tahu, cowok, tinggi, putih, kayak Kevin Aprilio, dia nggak nyebutin namanya. Nyariin kamu. Aku bilang kamu lagi bikin minum terus dia pamit pulang. Udah aku suruh nunggu tapi dia nggak mau.”
Aku terdiam, hatiku bagai diperas.
“Siapa sih dia?” Ada nada cemburu dalam pertanyaan Anjar.
“Teman. Mau pinjem tugas kuliah mungkin,” jawabku berbohong. Itu pasti Gilang. Gilang pasti tahu laki-laki yang tadi ditemuinya adalah Anjar. Pacar dari pacarnya. Tiba-tiba saja aku ingin menghilang dari muka bumi. Tak terbayang luka yang Gilang pendam. Tak terbayang nyeri yang Anjar rasa jika tahu laki-laki yang tadi datang adalah pacar dari kekasih yang ia anggap setia. Tak terbayang....

♥♥♥

Bising suara pasar malam tak mampu mendobrak keheningan antara aku dan Gilang. Aku sibuk dengan perasaan bersalahku, sedang ia sibuk dengan diamnya. Sejak kejadian pertemuan tak sengaja antara ia dan Anjar beberapa waktu lalu sikap Gilang berubah. Ia jadi lebih dingin.
“Maaf,” ucapku memecah keheningan.
“Untuk?”
“Untuk gagalnya acara nonton kita, untuk sakit yang kamu rasa, untuk semuanya. Aku minta maaf.”
“Maya, kamu lihat bianglala itu?” tanyanya tak mengacuhkan permintaan maafku.
Pandanganku mengikuti arah jari telunjuknya mengarah pada bianglala yang berputar perlahan-lahan.
“Lihat gerbong-gerbong bianglala itu. Ada yang kosong, ada yang mengangkut penumpang. Mereka bergerak bersama, berputar bersama, tapi nggak bisa bersama.”
Aku mengalihkan pandang ke wajahnya. Gilang masih menatap bianglala dengan tatapan sendu.
“Kayak kita,” lanjutnya lirih.
Kutatap kembali bianglala megah yang bergerak pelan.
“Iya. Kayak kita. Seolah-olah bergerak tapi nggak kemana-mana.”
“Kamu sayang aku, May?” tanyanya.
“Sayang banget, Lang.” Aku menatapnya. Ini tulus. Aku memang menyayanginya dengan sangat.
“Kamu sayang Anjar?”
Aku terdiam. Aku tak bisa menjawab. Enam tahun. Enam tahun hubunganku dengan Anjar, tak mungkin aku tak menyayanginya.
“Nggak usah dijawab. Aku udah tahu jawabannya.”
“Gilang...,”
“Maya, kita nggak bisa kayak gini terus. Aku nggak bisa di posisi ini terus. Kamu harus pilih. Aku atau Anjar?”
“Aku nggak bisa, Lang. Kamu tahu banget aku ada di posisi sulit.”
“Tapi kita nggak bisa kayak gini terus. Kamu ngertiin aku dong, May. Sakit rasanya.”
“Aku tahu yang kamu rasain, Lang. Tapi aku bingung harus gimana. Kamu pikir aku nggak sakit? Kamu pikir aku bahagia punya dua lelaki sekaligus?”
“Kalau gitu kamu harus pilih.”
“Gilang, please....”
“Maya, please. Kamu harus pilih. Sekarang!”
“Oke. Gilang, aku tahu kamu terluka. Kamu juga tahu aku terluka. Tapi kamu tahu siapa yang paling terluka dalam kisah kita ini? Dia. Anjar yang paling terluka. Dia yang nggak tahu apa-apa tentang hubungan kita.”
Gilang terdiam.
“Jadi, Gilang...,”
“Cukup, May. Aku udah tahu kamu milih siapa. Dulu aku pernah bilang ini semua hanya masalah waktu. Mungkin sekarang waktu yang tepat untuk tidak lagi menunda selamat tinggal.”
Gilang mengecup keningku pelan sebelum berbalik dan berjalan pergi. Kutatap punggungnya yang menjauh dengan tangisan. Ia telah pergi. Di tengah keramaian pasar malam mendadak jiwaku sepi.
Kukuasai kembali diriku yang rapuh. Aku telah mengukir luka di hati Anjar dalam diam. Akan kuperbaiki semuanya diam-diam. Kutekan tanda hijau pada nama Anjar di layar ponsel. Aku harus mencari kekuatan. Hanya pada Anjar aku kini bisa bersandar.
“Halo,” sapa suara di seberang sana.
“Anjar...,”
“Maya, baru aja aku mau hubungin kamu. Eh kamu hubungin aku duluan, ada apa?”
“Nggak ada apa-apa, sayang. Cuma kangen. Kamu kenapa mau hubungin aku?”
Tidak ada suara di ujung telepon.
“Halo? Sayang? Kamu masih di sana?”
“Maya, kita putus aja ya. Aku nggak mau bohongin kamu terlalu lama. Ada perempuan lain. Teman kerjaku. Dia minta aku buat milih dan aku pilih dia. Maaf”
Lututku lemas, tubuhku ambruk. Bianglala menjadi saksi ada hati yang melukai dan dilukai dalam waktu bersamaan. Ada hati yang meninggalkan dan ditinggalkan dalam detik yang sama. Bianglala berputar. Duniaku tidak lagi berputar.

Magelang, 15 02 2015