Semester lalu saya mendapat tugas akhir mata kuliah Antropologi Sastra untuk mewawancarai dua orang sastrawan. Awalnya saya sempet sebel sama Pak Burhan - dosen ganteng dan baik hati yang memberi saya tugas ini. Tapi setelah melakukan wawancara saya jadi paham sih tujuan beliau. Saya jadi banyak belajar. Menambah ilmu dan pengalaman. Satu hal lagi: bahwa sastrawan juga manusia. Sama seperti saya. Jadi... sekali lagi, terimakasih bapak.
Saya memilih sastrawan Budi Maryono. Kenapa? Karena beliau sedang booming. Kang Budi ini pernah diundang bedah novel di kampus saya. Pernah membacakan cerpennya dengan cara yang begitu menarik. Menerbitkan novel dan kumpulan cerpen. Cerpen "Di Kereta Kita Selingkuh" banyak dibicarakan orang. Sejak itu saya menyukainya. Terlebih beliau beberapa kali menjadi juri lomba cerpen yang saya ikuti. Yak! jadi setelah berusaha keras mendapatkan contact person Kang Budi, saya dan teman satu kelompok janjian bertemu dengan beliau di rumahnya.
Saya dan Kang Budi janjian di rumahnya pukul tujuh malam. Kami tiba di rumah Kang Budi sekitar setengah tujuh. Saat itu Kang Budi sedang berbincang dengan tamunya -mungkin mahasisiwa seperti kami- di depan rumah. Akhirnya saya dan teman memutuskan menunggu di samping rumah sambil mengecek lagi pertanyaan-pertanyaan yang akan kami ajukan sebagai bahan wawancara.
Begitu jam tujuh tepat, belum sempat mengetuk pintu Kang Budi Maryono sudah keluar dengan senyum sumringah. Kami duduk di kursi depan rumahnya. Namun karena kurang cahaya untuk merekam kegiatan wawancara, kami pindah di buk samping rumah. Dan mulai lah sesi wawancara kami. Sumpah Kang Budi orangnya ramah, lucu dan baik banget. Jadi kami tenang dalam melakukan tugas kami meliput.
serius banget mak-mak pengajian ini |
saya sibuk wawancara dan mereka berdua malah narsis, jiahatt |
Ini hasil wawancara kami:
Budi
Maryono adalah seorang sastrawan yang tinggal di Semarang. sejak kecil ia tinggal di Gresik, Jawa Timur. Sekolah
SD, SMP di gresik lalu SMA di Kendal, kemudian perguruan tingginya di sastra
UNDIP. Menurut Budi Maryono, ketika dia
menulis, dia ingin menyampaikan sesuatu. Misalnya pada teenlit dia ingin mengajak
orang melakukan sesuatu. Menurutnya cerpen yang keren itu bukan cerpen yang
dimuat di koran lalu di baca banyak orang atau mendapat honor yang besar. Kalau
itu namanya cerppen favorite. Cerpen yang keren adalah cerpen yang dapat membuat
orang berpikiran, berperasaan, berperilaku menjadi pribadi yang lebih baik dari
sebelumnya setelah membaca cerpen tersebut.
Misalnya ketika saya membuat satu cerpen dan dibaca oleh sepuluh orang
lalu ada satu orang yang berubah ke jalan lebih baik, maka cerpen tersebut
bagus dan keren.
Menurutnya
dalam sastra terdapat makna muatan dan makna niatan. Makna muatan yaitu makna
yang dapat ditangkap oleh pembaca, makna yang dapat diterima pembaca dan itu
bisa berbeda. Banyak novel yang mengandung makna tausiah, banyak yang tidak
cerita namun pada cerita paling awal langsung bijaksana. Kalau endingnya
masyarakat diam, tidak tausiah namanya.
Padahal
kalau tokoh itu menyatakan inilah saya, diterima atau enggak itu silakan.
Pembaca akan memilih sendiri menerima tokoh atau enggak. Yang penting bisa
membuat halus budi. Membuat orang lebih halus, lebih berempati kepada orang
lain. Sastra harus membuat orang
halus budi.
Pernah
ada teman Budi Maryono yang terima pesanan novel islami. Setiap tulisan punya
manfaat, efeknya masing-masing, yang harus dikurangi adalah efek negatif, tapi
dalam pembicaraan soal sastra, harus membuat pembacanya halus budi. Bukan malah
terprofokasi. Bergantug masing-masing orang.
Menurut
Budi Maryono untuk bisa menulis, perintah pertama membaca bukan menulis, ketika
ada perintah membaca belum ada yg dibaca,
artinya perintah membaca bukan membaca suatu teks. Bisa juga membaca
apapun, membaca keadaan , tanda. Membaca
ayat bukan hanya di kitab namun juga ayat semesta. Kemudian setelah membaca,
penulis manapun tidak akan pernah bisa menulis tanpa membaca.
Tulisan tidak
akan berkembang baik tanpa membaca. Membaca adalah bagian dari membaca teks,
alam dan lain-lain. Memasukkan bahasa dalam tubuh kita agar kita dapat mengeluarkan
dan diolah dalam tubuh kita. Menulis itu ketrampilan dapat dipelajari, bukan
bakat, bakat itu hanya bonus.
Mengenai
Kategori Teenlit
Menurut
Budi kategori teenlit bergantung dari program penerbit. Terkadang penerbit
memiliki program melahirkan karya-karya yang bergenre remaja. Menurut Budi pula
kategori teenlite sekarang sangat buruk. Budi Maryono juga pernah menulis karya
bergenre teenlite, boleh menulis teenlit asal memberikan kualitas bahasa yang
bagus. Dan progam menulis kategori teenlit harusnya bisa dimanfaatkan dengan
baik oleh mahasiswa sastra yang memiliki bekal dan pendidikan menulis karya sastra.
Tujuan Menulis
Budi
Maryono memaparkan tujuan awal beliau menulis karena suka/hobi menulis. Semakin
lama menulis merupakan suatu kanal, karena dalam dunia sastra semua perasaan
dan pikiran tertuang di sana. Dan itu dapat kita manfaatkan untuk menghasilkan
pundi-pundi rupiah.
“Motivasi ekonomi, saya menulus saat kuliah,
eksistensi sebagai cerpenis, untuk membiayai kuliah, makan. Impuls saya
berhenti semester 4, selanjutnya melanjutkan sendiri lewat menulis, akibatnya
saya tidak hanya menulis cerpen, puisi. Cerpen itu berapa bulan sekali dimuat ,
kalau cuman mengandalkan cerpen ya tidak jalan.”
Yak jadi begitulah wawancara kami dengan Kang Budi Maryono. Banyak sekali ilmu, pelajaran dan pengalaman baru yang dapat kami ambil. Semoga setelah ini kami jadi lebih pinter. aamiin. Oh iya selain hal di atas kami juga dapet sebuah buku gratis karya beliau. Semar yes! . Terimakasih banyak Kang *peluk*
Sebelum pulang sempetin foto dulu sama sastrawan kece satu ini. one two action!
selfie bareng sastrawan ciyee |
say cheseeeeeeeeee |
pamer dolooo |
Nah, demikianlah gaes cerita tentang wawancara saya dengan sastrawan Kang Budi Maryono. Besok saya posting wawancara saya dengan sastrawan lain, penyair nyentrik Kang Timur Sinar Suprabana. Wait ya gaes :) Babai...
0 komentar :
Posting Komentar