Liburan semester ini saya lagi berjuang buat nyelesain baca novel 1Q84 karya novelis jepang Haruki Murakami. Awalnya tahu buku ini ya cuma ngelirik doang di rak toko buku, nggak ada minat buat beli. Tapi saya baca reviewnya bernard batubara di twitter dan blognya jadi tertarik. Saya percaya banget sama selera bacaannya Bara, saya sering ngepoin dia baca apa, dan semua yang dia baca dan kebetulan sudah saya baca memang bagus. Akhirnya saya memutuskan untuk membelinya. Saya merogoh kocek cukup banyak untuk membeli langsung tiga seri buku ini. Terpaksa saya nyisihin duit jatah sarapan, dan rela makan sehari dua kali. hiks. Tapi, semua sepertinya akan terbayarkan. Saya baru baca sampai jilid 2. Tapi saya nggak bisa berhenti baca. Saya suka gaya penuturannya Murakami. Saya suka cara dia menggambarkan adegan seks. Terkesan eksklusif dan nggak berlebihan. Saya sangat suka ide ceritanya, kok bisa ya dia kepikiran membuat tentang sekte keagaamaan, pembunuhan dengan pemecah es, anjing yang mati meledak dari dalam, orang kecil, dan berbagai hal yang nggak terbayangkan.
Benar kata Bara, banyak kejanggalan dalam novel ini. Tentang pengetahuan Aomame sebagai tokoh utama mengenai pistol misalnya. Di awal digambarkan Aomame snagat memahami pistol yang berubah bentuknya, namun di buku ke dua Aomame seperti tidak tahu apa-apa tentang pistol. Tapi nggak masalah bagi saya. Selama saya bertujuan menikmati novel ini sebagai bahan bacaan bukan sebagai bahan kajian, novel ini sudah menarik hati saya. Setidaknya selama saya membaca buku ini saya enggan melepasnya dari jemari saya. Saya makan, saya baca. Saya boker, saya baca. Dalam perjalanan, saya bawa, saya baca. Tidak banyak novel yang memiliki daya magnet sedemikian besar bagi saya. Dan 1Q84 karya Haruki Murakami memilikinya.
Saya lanjut baca dulu yaa, ingin cepat menjamah jilid 3. Dan berburu karya Murakami yang lain. Sampai jumpa
0 komentar :
Posting Komentar